27/02/15

CONTOH NOVEL ANGKATAN 20

Si Cebol Rindukan Bulan
Sinopsisnya :
Amat Pendek adalah penduduk Ulakkarang yang paling kaya, tetapi bersifat angkuh dan gila hormat, sehingga orang memberikan gelar Sutan Pandeka. Dia sebenarnya bukan keturunan orang bangsawan, maka dengan segala daya upaya ia berusaha agar dapat menjadi menantu bangsawan kota Padang. Keangkuhan Sutan Padeka tersebut telah menimbulkan kebencian orang kampungnya, sehingga ia selalu menjadi ejekan orang dimana-mana dan diberi gelar Penghulu Wjik X, suatu gelar ejekan, karena kota Padang hanya dibagi menjadi 9 Wijk saja.

Berbeda dengan ayahnya, Fatimah adalah seorang gadis yang berbudi dan rendah hati. Baginya manusia sama saja, baik melarat atau bukan bangsawan maupun kaya atau bangsawan. Fatimah sendiri sudah lama bertunangan dengan seorang pemuda melarat dan bukan keturunan bangsawan bernama Didong. Ia bekerja disuatu kantor dan seseorang yang mempunyai sopan santun yang baik.
Hubungan antara Fatimah dan Didong tidak disenangi oleh Sutan Pandeka yang berhasrat hendak bermenantukan orang bangsawan. Dengan diam-diam Sutan Pandeka mengajak Sutan Ajis (anak seorang bangsawan kota Padang) berkunjung kerumahnya dan memperkenalkan anak muda yang berhidung belang itu dengan Fatimah. Fatimah menerima kedatangan Sujtan Ajis itu dengan hormatnya, karena hendak menjaga hati ayahnya semata-mata. Sutan Ajis sendiri setelah kecantikan dan kehalusan budi bahasa Fatimah tertarik hendak memperistrinya, lebih-lebih karena melihat harta kekayaan Sutan Pandeka yang tak terkira banyaknya itu dengan perhitungan bahwa pastilah harta tersebut akan jatuh ke tangannya kelak, jika ia telah menjadi menantu Sutan Pandeka.
Sejak itu Sutan Ajis semakin sering berkunjung ke rumah Sutan Pandeka untuk memikat hati anak gadisnya. Melihat hal itu Didong merasa tersinggung, karena dia menyangka Fatimah telah menghianati cintanya selama ini.
Pada tanggal 10 Muharam, di Pariaman diadakan perarakan tabut untuk memperingati Hasan-Husin. Fatimah dipaksa oleh ayahnya  melihatnya. Dengan bendi yang  dikirim oleh  Sutan Ajis, Fatimah bersama ayahnya pergi ke Pariaman . Di tengah jalan Fatimah melihat Didong lalu memanggilnya, namun kuda penarik bendi itu telah berlari dengan cepatnya. Setelah berpikir sebentar Didong  ingat bahwa di Pariaman ada parakan. Didong yakin bahwa Fatimah pergi juga kesana. Maka diambilnya sepedanya dan dikayuhnya ke Pariaman selama 4 jam. Dengan hati yang panas bercampur sedih, diikutinya bendi yang dinaiki Fatimah bersama Sutan Ajis itu. Pada suatu tempat yang agak sepi kelihatan oleh Didong Fatimah ditarik oleh Sutan Ajis dengan maksud hendak merusak kehormatan Fatimah. Teriakan Fatimah menbuat Didong bertindak cepat dan Sutan Ajis diserangnya. Perkelaian hebat yang terjadi antara keduanya menyebabkan Sutan Ajis mendapat cedera. Sutan Ajis mengadukan peristiwa tersebut kepada polisi yang menyebabkan Didong ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara.
Sejak peristiwa itu Fatimah jatuh sakit. Tubuhnya kian hari kian kurus, mukanya pucat sedang matanya cekung, karena mengenang Didong yan telah membela kehormatannya itu telah berada dalam penjara.
Penderitaan Fatimah itu tidak dihiraukan oleh Sutan Pandeka bahkan pada suatu hari ia mendatangi rumah orang tua Sutan Ajis dan menintanya agar Sutan Ajis diperkenankan jadi menantunya untuk dinikahkan dengan Fatimah. Permintaan itu ditolak oleh orangtua Sutan Ajis.
Penyakit Fatimah yang makin parah itu menyebabkan Sutan Pandeka menjadi bingung. Ia mulai menyesali dirinya yang tidak mengindahkan perasaan anak kandungnya, karena hanya terdorong oleh memperturutkan napsunya sendiri saja. Tetapi hal itu sudah terlambat.
Untuk menghibur hati Fatimah, Sutan Pandeka berjanji akan beusaha agar Didong segera dilepaskan dari penjara. Dengan pertolongan seorang pengacara dan karena ternyata pula tidak bersalah, maka Didong pun dibebaskan. Didong bergegas pergi menjenguk fatimah; tetapi sayang sekali ia gagal menemuinya, karena sesampai di sana dijumpainya Fatimah sudah meninggal. Hal itu menyebabkan Didong menjadi berubah ingatan.
Sepeninggal anaknya, Sutan Pandeka pergi meninggalkan kampung halamannya menuju Bukit Tinggi. Disana ia berjual cambuk dan cemeti. Sering pula ia nampak di stasiun Bukit Tinggi seperti orang gila. Itulah itu akibatnya kalau si cebol merindukan bulan.
Unsur Ekstrinsik
Pengarang       : Aman Datuk Madjoindo
Beliau adalah seorang sastrawan Indonesia dari angkatan 20             atau Angkatan Balai Pustaka. Beliau adalah seorang tokoh Balai Pustaka. Setelah beberapa tahun menjadi guru, ia bekerja di Balai Pustaka. Mula mula menjadi korektor, kemudian sebagai redaktur dan redaktur kepala sampai berpensiun.Aman Datuk Madjoindo lebih  terkenal namanya sebagai pengarang buku bacaan anak-anak.
Unsur Intrinsik
Judul               : Si Cebol Rindukan Bulan
Judul ini diambil dari kalimat menarik didalam novel.
Tema               : Percintaan . Karena menceritakan kisah percintaan yang tak sampai antara Fatimah dan Didong.
Latar sosial      : Tradisional . Karena kendaraan waktu itu masih menggunakan  bendi.
Latar tempat    : Rumah Sutan Pnadeka, Bukit Tinggi, Padang, Stasiun Bukit Tinggi, Penjara, dan di Pariaman
Latar waktu     : tanggal 10 Muharam
Latar suasana  : tegang. Contohnya saat berkelahi.
Bahasa             : Bahasa Melayu
Gaya Bahasa   :  Si Cebol Merindukan Bulan :  Alegori
Dengan hati yang panas       : Metafora
Alur                 :  Maju. Karena didalam sinopsis tersebut menceritakan tentang  kisah cinta Fatimah dan Didong hingga akhirnya mereka tidak dapat bersatu karena ajal telah menjemput Fatimah.
Konflik            :  Batin. Ketika Fatimah cinta terhadap Didong tetapi ayahnya ingin menikahkan Fatimah dengan anak seorang bangsawan  kaya bernama Sutan Ajis
Fisik. Ketika Didong menyerang Sutan Ajis yang ingin merusak kehormatan Fatimah.
Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu. Buktinya pengarang bisa tau isi hati Sutan Ajis ketika ia mulai tertarik kepada Fatimah dan berniat untuk memperistrinya.
Penokohan      : Fatim : berbudi baik dan rendah hati. Dapat dilihat dari                                                         tingkah laku tokoh dan diceritakan langsung  oleh pengarang .
Amat Pendek/Sutan Pandeka: angkuh, jahat, sombong, tidak perhatian, dan gila hormat. Watak diceritakan  langsung oleh pengarang.
Sutan Ajis       : bejat dan gila harta . Watak diceritakan langsung oleh pengarang.
Didong            : Suka menolong, tulus dan baik hati. Watak  diceritakan langsung oleh pengarang dan dapat  dilihat dari tingkah lakunya.
Amanat           :  Dengarlah pendapat orang lain. Jangan  egois dengan                                                                 pendapat diri sendiri.
Jadilah orang yang suka menolong.
Jadilah orang yang selalu setia dengan siapapun (pasangan).

Jangan jadi orang yang gila harta

0 komentar:

Posting Komentar