21/01/15

Milyaran Sel Otak Anak Akan Musnah


Sekali membentak memarahi anak, milyaran sel otak anak ‘rusak musnah

“Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.”


Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah.

Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan me
masang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya.

Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu sendiri. “Makanya, kita harus berhati-hati dalam memarahi anaknya,” Tidak hanya itu, juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh. Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan lainnya.

Teriakan dan Bentakan menghasilkan gelombang suara. Ya, hampir semua orang mengetahui itu. Yang belum banyak diketahui orang banyak adalah, bentakan yang disertai emosi seperti marah menghasilkan suatu gelombang baru.

Emosi negatif seperti marah mempunyai gelombang khusus yang merupakan gelombang yang dipancarkan dari otak. Gelombang ini dapat bergabung dengan gelombang suara orang yang berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan gelombang emosi marah ini menghasilkan gelombang ketiga dengan efek yang khusus.
Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah sel-sel otak orang yang dijadikan target akan mengalami kerusakan saat dia terkena gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang suara tapi langsung ditangkap oleh otak sebagaimana gelombang otak.

Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih besar pada anak-anak yang dijadikan sasaran bentakan ini. Pada remaja dan orang dewasa mengalami kerusakan yang tidak sebesar anak-anak, tapi tetap saja terjadi kerusakan.

Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya. Mereka lebih banyak melamun serta termasuk lambat dalam memahami sesuatu. Orang-orang ini biasanya mudah meluapkan emosi negatif seperti marah, panik atau sedih. Mereka biasanya seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup, karena kesulitan memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Semuanya akibat dari sel-sel otaknya yang aktif lebih sedikit dari yang seharusnya.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, pendidik, ataupun orang yang lebih tua dari ‘mereka’, sebaiknya memilih sikap yang lebih kreatif dalam menghadapi tingkah anak yang mungkin kurang baik. Seringkali orang tua  bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.

Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.

Kita semua sebagai orang tua pasti sebagian besar sudah tau bahwa membentak anak dan sering memarahinya akan memutus jalinan syaraf-syaraf di dalam otaknya sehingga akan berakibat otak tersebut tidak dapat berfungsi dengan optimal. Semakin sering kita membentak anak tentu akan membuat anak tidak optimal dalam menjalankan kehidupannya. Kecerdasan anak dipengaruhi oleh seberapa banyak jalinan syaraf yang tersambung dalam otaknya.

Setiap anak mendapat stimulasi tertentu, baik secara visual, auditori maupun sentuhan, syaraf-syaraf di dalam otaknya akan membentuk suatu jalinan yang berhubungan satu sama lain. Namun jika anak dibentak, dimarahi terus-menerus, terlalu banyak dilarang maka jalinan syaraf yang akan bergerak menyambung satu dengan lainnya akan menjadi terputus secara otomatis sehingga menyebabkan kecerdasan anak tidak berkembang secara optimal.

Kecerdasan ini meliputi kecerdasan yang dipersepsikan pada umumnya, seperti kemampuan anak dalam menerima pelajaran di sekolah, kemampuan anak dalam memahami sesuatu, misalnya percakapan dan meliputi juga kecerdasan anak dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam hidupnya. Padahal seperti yang telah kita ketahui, kemampuan problem solving anak secara signifikan berpengaruh dalam kesuksesan hidupnya. Terutama dalam menghadapi permasalahan sehari-hari bahkan hingga si anak dewasa nantinya.

Beberapa anak memang terlihat tetap pintar walaupun kita sebagai orangtua sering membentak ataupun melarang ini itu, namun pernahkah kita bayangkan bahwa anak kita itu pasti akan jauh lebih pintar jika hidup tanpa bentakan dan kemarahan? Atau pernahkan kita sebagai orang tua sesekali memahami bahwa bentakan dan kebiasaan marah-marah kita walaupun memang bisa jadi tidak mempengaruhi rangking anak di sekolah, dengan kata lain di sekolah anak baik-baik saja, namun pasti itu akan mempengaruhi kemampuan anak dalam menghadapi atau memecahkan permasalahan sehari-hari.


Secara psikologis kebiasaan marah pada anak akan mempegaruhi emosi anak sehingga anak akan menjadi pribadi yang pemarah, tidak sabaran dan gampang panik, bahkan bisa menjadi gangguan kecemasan. Jika ada teman kita, sahabat kita atau saudara kita, bos kita bahkan pasangan hidup kita yang pemarah, tidak sabaran dan gampang panik, coba tanyakanlah atau pahamilah masa kecilnya, bagaimana ia diasuh oleh orang tuanya. Sebagian besar pribadi-pribadi seperti ini adalah akibat dari pola asuh orang tua yang sering membentak anak, malarang dan punya kebiasaan marah-marah pada anak.

Sebaiknya tidak memarahi anak  yaa.. :)

0 komentar:

Posting Komentar