Sejarah
Nabi
A. Nabi Muhammad saw. Membangun Ekonomi masyarakat.
Salah
Satu misi Rasulullah diutus di dunia adalah untuk membangun rakyat yang
beradab, langkah awal yang di lakukan nabi adalah menanamkan pemahaman keimanan
seta menjadikan manusia sebagai pribadi yang bebas dalam mengoptimalkan potensi
dirinya. Kebebasan merupakan unsur kehidupanyang paling mendasar yang
dipergunakan sebagai syarat untuk mencapai keseimbangan hidup. Oleh karena itu,
masalah ekonomi dan perdagangan sangatlah penting.
Apa saja yang dilakukan oleh
Rasulullah dalam membangun masyarakat dibidang ekonomi dan perdagangan?
Beberapa diantaranya adalah:
1.
Membangun Sistem Ekonomi Islam
Hal
pertama yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam membangun masyarakat dibidang
ekonomi dan perdagangan adalah dengan menerapkan sistem ekonomi islam. Prinsip
dasar sisitem ekonomi islam adalah:
a. Kebebasan Individu.
Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnya
untuk berpendapat atau
membuat keputusan yang dianggap perlu.
Tanpa kebebasan, individu muslim
tidak akan dapat melaksanakan kewajiban
mendasar dan penting dalam
menikmati kesejahteraan.
b. Hak terhadap harta.
Islam mengakui hak individu itu memiliki
harta. Namun demikian, islam memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu
tidak merugikan kepentingan
masyarakat umum.
c. Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar.
Islam mengakui ketidaksamaan ekonomi diantara
orang per orang. Tetapi tidak memberikannya bertambah luas. Islam menjadikan
perbedaan itu dalam batas-batas yang wajar, adil, dan tidak berlebihan.
d. Kesamaan sosial
Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi,
tetapi islam mendukung dan
menggalakkan kesamaan sosial. Juga setiap
individu mempunyai peluang yang sama
untuk mendapatkan pekerjaan dan menjalankan berbagai aktifitas ekonomi.
e. Jaminan sosial
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup
dan dijamin memperoleh kebutuhan pokoknya
masing-masing.
f. Distribusi kekayaan meluas.
Islam mencegah penumpukan kekayaan pada
kelompok kecil tertentu dan menganjurkan
distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat.
g. Larangan menumpuk kekayaan.
Islam melarang individu mengumpulkan harta
kekayaan secara berlebihan.
h. Larangan terhadap organisai sosial.
Islam melarang semua praktik yang merusak
dan antisosial yang terdapat dalam masyarakat,
misalnya berjudi, minum arak, riba, menumpuk harta, dan pasar gelap.
i. Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kesejahteraan individu dan
kesejahteraan masyarakat yang saling melengkapi,
bukannya saling bersaing dan bertentangan antara mereka.
2. Memerintah Suami Bertanggung Jawab
Memberikan Nafkah.
Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk
bekerja mencari nafkah. Rasulullah sangat tidak suka kepada suami atau ayah
yang menganggur, tidak mau mencari nafkah, sementara keluarganya membutuhkan
biaya hidup. Dalam islam suami atau ayahlah yang berkewajiban untuk menafkahi
keluarga, terutama anak dan isteri. Firman Allah swt: yang artinya
“Hendaklah
orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
(Q.S. Ath-Talaq:7)
Seseorang yang menyia-nyiakan keluarganya,
maka ia berdosa. Rasulullah bersabda yang artinya: “Cukuplah dosa seseorang yang menyia-nyiakan orang yang menjadi
tanggung jawabnya untuk dinafkahi.” (H.R. Abu Daud dan Muslim)
3. Memerintahkan Umat Islam untuk Bekerja.
Islam melalui rasul-Nya memerintahkan
kita bertebaran di muka bumi guna mencari karunia (rezeki) Allah. Allah swt.
berfirman:
“Apabila
telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu berrunrung.” (Q.S.
al-Jumuah: 10)
Rasulullah memerintahkan kita untuk
bersemangat bekerja, seakan-akan kita akan hidup selamanya. Rasulullah bersabda
yang artinya: “Bekerjalah untuk urusan
duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kebahagiaan
akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok pagi.” (H.R. al-Baihaqi)
4. Melarang Umat Islam untuk Menjadi
Peminta-minta
Umat islam dilarang menjadi pemalas dengan
tidak mau bekerja. kemudian untuk memenuhi kehidupannya ia menjadi
peminta-minta. Harta yang mereka peroleh dari minta-minta itu akan menjadi bara
api di neraka (H.R. Muslim)
5. Memberi Lebih Baik daripada Meminta-minta
Kita dianjurkan untuk memberi daripada
meminta-minta. Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Tangan yang diatas
adalah pemberi, dan tangan yang dibawah adalah peminta.” (H.R. al-Bukhari
dan Muslim)
6. Umat Islam Diperintahkan untuk Memenuhi
Kehidupan Sendiri.
Menjadi beban orang lain dalam masalah
ekonomi merupakan larangan bagi umat islam. Kita diperintahkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sendiri, tanpa bergantung dari orang lain. Rasulullah saw.
bersabda yang artinya: “Tidak ada
seorangpun yang makan makanan itu lebih baik daripada makan hasil dari usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi
Daud a.s Makan dari hasil usahanya sendiri.” (H.R. al-Bukhari)
B.Perjuangan Nabi di Madinah
Apa yang dilakukan Rasulullah saw. untuk membangun masyarakat Madinah?
Rasulullah sibuk mencurahkan perhatian untuk meletakkan dasar-dasar yang sangat
diperjualkan menegakkan tugas risalahnya, yaitu:
1. Memperkokoh
hubungan umat islam dengan Tuhannya.
2. Memperkokoh
hubungan intern islam, yaitu antara sesama umat islam.
3. Mengatur
hubungan antara umat islam dengan
orang-orang yang tidak seagama.
Caranya yaitu sebagai berikut:
1. Membangun Masjid
Pekerjaan pertama yang dilakukan oleh
Rasulullah untuk melaksanakan tiga tugas utama seperti tersebut di atas ialah
membangun masjid. Masjid adalah tempat manusia berhubungan dengan Tuhannya dan
tempat membersihkan hati dari berbagai macam kotoran dan dosa.
masjid berkedudukan sebagai pusat
pengarahan mental spiritual dan fisik material. masjid sebagai tempat ibadah,
tempat belajar menuntut ilmu, tempat pertemuan, dan seminar sastra. Moral,
akhlak, dan tradisi islam di dalam masjid itu terjalin erat dengan kewajiban
salat dengan batisan shafnya yang teratur rapi.
2. Persaudaraan
Hubungan antara sesama kaum muslimin dibina
oleh Rasulullah atas dasar persaudaraan yang sempurna,yakni persaudaraan yang
menghapuskan kata “aku”. Dengan persaudaraan seperti ini, setiap orang bergerak
dengan semangat dan jiwa kemasyarakatan serta bekerja untuk keselamatan dan
cita-cita masyarakat. Tidak ada orang yang memandang dirinya terpisah dari
masyarakat.
Pada masa itu, Rasulullah ibarat kakak
tertua bagi jamaah kaum yang beriman. Beliau sama sekai tidak mengistimewakan
diri dengan gelar kebesaran dan kemuliaan apapun. Beliau menegaskan dalam
sebuah hadis yang artinya: “Seandainya
aku mau mengangkat seorang Kholil (saudara terdekat) dari umatku, tentu aku
telah mengangkatnya, yakni Abu bakar sebagai Kholil, tetapi persaudaraan Islam
lebih utama.” (H.R. al-Bukhari)
3. Hubungan dengan orang-orang di luar umat
islam.
Bagaimana umat islam berhubungan
dengan umat luar islam? Rasulullah telah menetapkan aturan-aturan yang sangat
toleran, melampui kebiasaan yang berlaku pada zaman itu, yaitu zaman yang penuh
fanatisme kesukaan dan kecongkakan ras.
Pada masa itu, di Madinah sudah ada kaum Yahudi dan kaum
Musyrikin. Agar semua umat bisa hidup berdampingan dengan baik, Rasul
menawarkan perjanjian perdamaian kepada dua golongan itu atas dasar kebebasaan
masing-masing memeluk dan menjalankan agamanya. Perjanjian itulah yang kemudian
dikenal dengan “Piagam Madinah”
Piagam Madinah
tersebut berisi pokok-pokok hal sebagai berikut:
1. Kaum
Muslimin, baik dari Quraisy, Madinah, dan dari kabilah lain yang bergabung
dan berjuang bersama-sama adalah satu umat.
2. Kaum
Muslimin akan bertindak terhadap orang yang berbuat kezaliman, kejahatan,
permusuhan, dan perusakan.
3. Orang-orang musyrik di madinah tidak boleh
melindungi harta dan jiwa orang-orang musyrik Quraisy dan tidak akan merintangi
tindakan kaum muslimin terhadap mereka.
4. Setiap
orang mukmin tidak akan memberikan pertolongan atau perlindungan kepada orang
yang berbuat kejahatan.
5. Di saat
menghadapi peperangan, orang-orang Yahudi turut memikul biaya bersama-sama kaum
mukmin.
6. Orang-orang Yahudi dari Bani Auf dipandang
sebagai bagian dari kaum Mukminin.
7. Orang-orang Yahudi tetap pada agamanya dan
kaum Muslimin pun tetap pada agamanya.
8. Masing-masing
pihak akan saling berbuat kebijakan dan saling mengingatkan serta tidak akan
saling berbuat kejahatan.
Semua pihak wajib saling membantu melawan
pihak yang menyerang Madinah.
Piagam perjanjian itu mencerminkan iktikad
umat islam untuk bekerja sama dan saling bantu sejujur-jujurnya dengan orang
Yahudi. Dengan cara itu terjamin ketenteraman di seluruh Madinah sekaligus
menggalang kerja sama menghadapi kaum aggressor dan pihak-pihak lain yang
hendak menimbulkan kekacauan dan bencana, tidak peduli agama apa yang dianut.
C. Meneladani
Perjuangan Nabi dan Sahabat di Madinah
Dalam
mencontoh perjuangan Rasulullah saw. sekurang-kurangnya ada enam faktor yang
harus kita kenang dan kita teladani dari perjuangan yang dilaksanakan oleh
Rasulullah saw. atau dengan para sahabatnya demi mencapai kejayaan di dunia dan
di akhirat.
1. Perancangan yang Matang.
Perjuangan yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. mengahadapi berbagai rintangan dan kesulitan, walaupun
perjuangan Rasulullah saw. kalau mendapat kesulitan akan memperoleh pertolongan
Allah swt. tetapi Nabi tidak pernah begitu saja, tapi beliau membuat
perancangan yang matang agar halangan atau rintangan dapat dihapuskan.
2. Kerja sama yang baik.
Kerja sama yang baik dilakukan oleh
sahabat Muhajirin dan Ansar, mereka dengan perintah Rasulullah bahu-membahu
dalam memperjuangkan tegaknya ajaran Allah. Sahabat Muhajirin dating ke Madinah
dengan tidak membawa apa-apa. Dengan keadaan demikian sahabat Ansar memberikan
pertolongan kepada sahabat Muhajirin mengenai apa yang mereka butuhkan, bahkan
mungkin sesuatu yang paling dicinta.
3. Keikhlasan yang Tulus
Keikhlasan sangat diperlukan dalam
perjuangan, karena keikhlasan akan memberikan daya dorong dalam kesungguhan
dalam berperang. Segala ujian, musibah
dan kesukaran dalam berjuang dapat dihadapi dengan sabar dan rela, Segala
nikmat yang diperoleh akan selalu disyukuri, andai kita berjuang untuk mendapat
perempuan maka perempuanlah yang diperoleh, jika kita berjuang agar orang lain
mengagungkan kita dan mendapat gelar yang tinggi maka gelar itulah yang
didapat.
4. Pengorbanan yang Besar
Dalam berjuang, nabi dan para
sahabatnya tidak hanya menaruhkan pikiran dan tenaga, tapi juga harta yang
mereka punya sebagaimana yang dilakukan Usman bin Affan, Abu Bakar as-Sidiq,
mereka juga menaruhkan seluruh kekayaan untuk perjuangan islam, bahkan tidak
Cuma itu, nyawa mereka pun menjadi taruhannya.
5. Menjalin Persaudaraan
Nilai persaudaraan ini, ditunjukkan
oleh kaum Muhajirin dan Ansar. Persaudaraan bukanlah menjaga hati kawan yang
melakukan kemungkaran dan maksiat.
6. Bangga menjadi muslim
Persaudaraan yang sedemikian kuat kuat
dan kokoh serta pembangunan kota Madinah yang berhasil dilakukan oleh
Rasulullah saw dan para sahabatnya.
0 komentar:
Posting Komentar